Book Review

Judul: Orang-orang biasa
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun terbit : 2019
xii + 300 hlm
Fiksi Indonesia
Andrea Hirata adalah salah satu novelis yang saya tunggu-tunggu karyanya. seperti kebanyakan orang, saya mengenalnya lewat karya fenomenal Laskar Pelangi. Kali ini saya akan mengulas buku terbaru andrea hirata yang berjudul orang-orang biasa. Bila dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya maka buku ini bisa dibilang berbeda dengan semangat laskar pelangi, ceritanya lebih santai, jenaka, banyak humor “garing tapi lucu” khas andrea hirata. Walaupun tidak sehumoris buku ayah dan sirkus pohon yang terbit sebelum buku ini.
Buku ini ditulis andrea hirata sebagai bentuk protesnya terhadap sistem lembaga pendidikan yang mengutamakan biaya dibandingkan dengan prestasi. Hal tersebut tertulis jelas dihalaman persembahan dan pembukaan buku. Walaupun sebuah fiksi dan banyak adegan yang tidak masuk akal, tetapi novel ini bisa menyampaikan pesan, gagasan, dan kekecewaan seorang andrea hirata.

Masih seperti novel-novel sebelumnya, latar belakang novel ini pun berada dikampung melayu, lengkap dengan banyaknya warung kopi sebagai tempat favorit para pelakonnya. Novel ini berkisah tentang sekelompok orang yang berkawan semenjak SD. Walapun dicitrakan udik, bodoh, dan lugu, tetapi mereka memiliki rasa persaudaraan yang kuat. Rasa persaudaraan ini pualah yang kemudian mengumpulkan mereka untuk merencanakan dan melakukan perampokan. Perampokan ini dilatar belakangi oleh keinginan mereka membantu seorang anak yang berusaha belajar dengan keras untuk bisa masuk fakultas kedokteran. Mereka bangga karena setidaknya ada 1 keturunan sekawanan mereka ada yang berotak cerdas dan berhasil lolos tes masuk fakultas kedokteran. Sayang seribu sayang,anak ini tidak bisa langsung melenggang ke fakultas kedokteran dikarenakan orang tuanya tidak bisa membayar uang muka.
Perampokan 10 sekawan ini bukanlah perampokan yang menegangkan bak film-film aksi. Mereka merampok dengan bersahaja, misalnya mereka sempat membayar parkiran gedung yang dirampok (benar-benar guyonan khas andrea hirata). Hal-hal kecil seperti itulah yang akan membuat pembaca bertahan sampai akhir cerita. Selain itu akan ada banyak kejutan saat menjelaskan tiap detail kejadian perampokan yang ternyata amat jenius dan sistematis.
Lalu apakah Andrea hendak memberi pesan “merampoklah untuk bersekolah?” tentu saja tidak. Selalu ada pesan moral dari fiksi yang merupakan hasil cara berfikir. Berikut ini salah satu pesanyang ingin diampaikan “orang biasa” kepada ribuan koruptor di luar sana.

Andrea berhasil membuat pembaca menikmati ide gilanya untuk suatu persoalan yang ia hadapi di kehidupan nyata. Ia memenangkan si gadis miskin berprestasi anak “Orang biasa” yang kalah di dunia nyata.
Selamat menikmati jenakanya, tegangnya, dan hikmah yang baik dari kisahnya