Tahun ini usia Fadhil lima tahun. Saya dan suami memutuskan sudah saatnya Fadhil belajar puasa. Membiasakannya ikut makan sahur, kemudian menahan makan dan minum sampai jam tertentu. Tergantung kekuatannya. Setelah itu dia akan menahan tidak makan dan minum lagi sampai berbuka.
Sehari sebelum puasa fadhil ikut kegiatan menyambut Ramadan di sekolahnya. Sampai di rumah kami juga mengajaknya menghias rumah. Tujuannya adalah menarik minatnya, membuatnya merasa bahwa ramadan adalah spesial. Berbeda dengan bulan lainnya.

Jujur, menghias rumah ini juga perjuangan untuk saya. Rencananya di hari yang sama kami akan mudik. Jadi saya harus mempersiapkan baju, mainan, dan keperluan lain yang akan dibawa. Namun, demi mengajak Fadhil dan Nadhira bersuka cita menyambut Ramadan waktu harus diluangkan.
Alhamdulillah tahun ini kami mengawali ramadan di kampung halaman. Dimulai dengan sholat tarawih. Fadhil berangkat bersama ayahnya. Saya tidak ikut karena sedang berhalangan. Sepulang dari masjid saya tanya apakah Fadhil ikut sholat? Ternyata dia sholat dari awal sampai akhir, dan mengadu kepada saya, “mama sholatnya banyak! Sholat lagi, sholat lagi, sholat lagi. Aku capek!”
“Itu namanya Sholat taraweh Mas, Sholat sunnah yang adanya hanya di bulan ramadhan. Cuma satu bulan tok boleh sholat taraweh.” Lumayan, satu dialog tentang agama bisa tersampaikan.
Saat sahur pertama pun tiba. Kami membangunkan Fadhil setelah kami selesai makan. Saya juga ikut sahur dan berniat, siapa tau halangannya selesai subuh ini. Untuk membuat Fadhil membuka mata caranya lumayan mudah, dengan menyalakan tv! Untung di rumah sudah pakai tv digital, jadi ada saluran tv yang menayangkan kartun hampir 24 jam dalam sehari. Ternyata tidak hanya Fadhil yang bangun, si Adek juga ikut terbangun. Mungkin karena belum terbiasa makan di malam hari, Fadhil muntah di sahur pertamanya.
Setelah sahur, Fadhil ikut ayah ke masjid dan saya bermain dengan Adek. Menyuapinya, mumpung lauknya masih anget. Nadhira masih 2.5 tahun. Belum waktunya ikut latihan puasa.
Pulang sholat subuh dari masjid, saya menawarkan Fadhil untuk tidur kembali seperti Adiknya. Tapi matanya sudah terang benderang. Dia tidak tidur lagi. Jam 07.00 pagi Fadhil sudah mengeluh lapar dan haus. Wkwkkwwk…. terlalu pagi, jauh dari perkiraan saya. Hahahaha.
Saya putuskan Fadhil harus menahan minimal sampai jam 10.00 WIB. Pikir saya minimal dia tau rasanya menahan lapar dan haus sampai jam yang ditentukan. Untuk menghiburnya, saya mengajak fadhil naik motor, berkeliling melihat pemandangan sawah dan barisan pegunungan. Pulangnya kami mampir ke pasar sampung. Di pasar, fadhil lapar mata apapun yang dilihatnya dikatakan “sepertinya ini lezat ma,” wkwkkwkw. Bahkan cincau pun membuatnya exited, dikira coklat mungkin ya. Untung Adik bangun siang , jadi saya bisa penuh menemani si Bujang yang latihan berpuasa untuk pertama kalinya.
Kami sampai di rumah masih jam 08.30 dan ternyata lumayan lama untuk menunggu waktu berbuka Fadhil. Semua permainan coba saya tawarkan, mulai dari bermain plastisin, melukis, mewarnai, main air, dll. Tak juga membuat fadhil lupa rasa haus dan laparnya. Fadhil mengeluh haus sepanjang waktu. Jadi berhasil puasa sampai jam 10 saja rasanya sudah juara di hari itu.
Tepat pada pukul 10.00, Fadhil melahap jajan-jajan yang telah ia kumpulkan. Minum susu, air putih, nasi dan lauknya, sampai buah apel pun dia minta. Setelah selesai melahap semuanya Fadhil kembali saya minta menahan haus dan lapar. Ternyata jam 14.00 Fadhil sudah meminta untuk makan ninim lagi, wal hasil saat puasa hari pertama Fadhil malah makan 4 kali dengan antusias dan lahap. Nafsu makannya meningkat drastis. Yang boasanya ogah-ogahan makan, kini dia meminta-minta makan.
Untuk saya ini bukan kegagalan. Toh kontesksnya masih latihan. Saya malah bersyukur, setidaknya Fadhil sudah mau bangun sahur, mau ikut sholat taraweh, dan sediiiiikit mengeti artinya menahan nafsu untuk makan dan minum.










