Bulan ini, saya menulis antologi ke empat saya. Ya.. walau yang terbit baru satu, tapi setidaknya sudah ada tempat tulisan panjang yang saya hasilkan. Pencapaian? Tentu! Karena biasanya tulisan saya sebatas curahan hati yang pendek-pendek saja.
Antologi pertama saya tentang pengalaman melalui awal-awal pandemi. Antologi kedua adalah antologi puisi. Antologi ketiga adalah antologi cerita anak. Sedangkan yang terakhir saya tulis kemarin adalah antologi menyusui dan penyapihan. Gado-gado banget gak sih.. hehhehehe… semua genre dicoba.
Effort yang paling keras tentu saja untuk antologi yang pertama. Effort mengalahkan rasa minder dan effort memberanikan diri mencoba hal baru. Antologi kedua rasanya seperti healing karena bergaul dengan kata-kata indah dan diharuskan menghasilkan coretan doodle saat itu. Antologi kedua juga membukakan pintu untuk saya berkumpul dengan banyak penulis di wag penerbit. Disana sering sekali ada informasi tentang dunia kepenulisan. Terimakasih mentor yang telah menyarankan saya untuk ikut antologi ini.
Saya mulai merasa enjoy saat menulis naskah untuk antologi cerita anak. Didampingi oleh mentor yang memberi masukan bukan hanya dari editingnya tapi juga alur cerita dan gaya bahasa menjadikan saya percaya diri dengan tulisan saya. Doakan segera release ya.. karena ini juga project Rumah Belajar dimana saya dulu adalah PJ nya. Sepertinya ingin mencoba lagi jika ada antologi cerita anak. Hehhehe.. Menunggu antologi, karena belum percaya diri untuk menulis solo cerita anak.
Di antologi keempat rasanya lebih ringan jari jemari mengetikkan kalimat demi kalimat. Kenapa? Karena kembali ke genre favorit saya “genre curhat”. Hahhahaha. Curhat tentang apa yang saya lalui saat membersamai anak-anak. Saya harapkan bisa menjadi kebanggan juga untuk anak-anak saya nanti. Di antologi ini pula saya abadikan permintaan maaf saya untuk kakak. Karena banyak sekali kesalahan saat proses penyapihannya dulu. Entah memang karena kesalahan penyapihan atau tidak, kelekatan saya dan kakak cenderung kurang baik. Kakak akan berteriak histeris saat saya tidak d area pandangnya. Semisal kakak melihat saya ada di kamar, pas saya pindah ke dapur kakak tidak melihatnya. Beberapa menit kemudian dia akan cek ke kamar dan histeris memanggil-manggil “mama kemana”.
Berbeda dengan adik, si adik lebih kalem. Kelekatan yang baik menghasilkan anak yang percaya dengan mamanya, walaupun tidak di edaran pandangan tapi ia tahu jika mamanya ada disekitarnya. Toh selama ini saya juga hampir tidak pernah pergi tanpa pamit kepada mereka. Eh kok jadi cerita tentang penyapihan ya.. xixiixi.. itung-itung promo colongan gak papa yaaa.. hehehhe




