Uncategorized

Bolehnya untuk…

Sesuai rencanya hari ini saya akan mulai berkomunikasi tentang reflek memukul si kakak. Entah dari mana ia dapat contoh memukul ini. Sependek ingatan saya, saya tidak pernah memukulnya. Ayahnya pun tidak. Entah dari tontonan atau dari lingkungan atau mungkin inborn talent. Yang jelas reflek ini harus segera diperbaiki.

Selain melalui buku dan cerita ala emak sebelum tidur. Kali ini saya mencoba cara yang menurut saya akan efektif, karena mkarena menginformasikan apa yang boleh dan dan tak boleh. Cara ini terinspirasi dari buku anak.

Berikut ini yang saya lakukan.

Saya pegang pergelangan tangannya dengan lembut.

Kemudian saya berkata

“ini tangan mas fadhil. Bolehkan memukul adek?”

“Oo.. tidak boleh”

“bolehnya memukul kasur sampai bersih”

Kemudian saya lepas tangannya. Dia cengar cengir aja.. saya pegang lagi dan mdan mengulangi dialog yang serupa tapi tak sama.

“ini tangan mas fadhil”

“bolehkah memukul adek?”

“Oo tidak…”

“Bolehnya bermain mobil-mobilan”

Saya lepaskan lagi tangannya, untuk kkemudian saya pegang lagi dan dan melanjtkan dialog

“ini tangan mas fadhil”

“bolehkah memukul teman?”

Kali ini dia ikut menjawab

“ooo tidak boleh”

kemudian dia mulai mengarang

“bolehnya mainan stegosaurus”

Tanpa diduga dia memegang tangan saya dan bdan berkata

“ini tangan mama, bolehkah mmemukul adek? Ooo tidak boleh. Bolehnya.. mmm.. mmm.. apa ya.. bolehnya memasak mama”

Wkwkkw…. Alhamdulullah..

semoga komunikasi hari ini bisa memperbaiki dan mengurangi reflek memukulnya.

5 bintang untuk hari ini. 5 bintang karena Menyampaikan dengan jelas dan menyenangkan. Dengan contoh yang real, dan mengungkapkan apa yang kita ingin untuk dilakukan si kecil.

Sedikit cerita tentang sifat tak mau kalahnya, alhamdulillah hari ini dia bermain balapan dgn temannya. Putaran pertama dia menang. Dia merayakan kemenangannya. Putaran kedua dia kalah. Diluar dugaan saya, dia tidak tantrum, dia tidak minta menang, malah bilang ke temannya “kamu menang ya mas rizky, selamat ya”

Ya Allah.. nyeess… Alhamdulillah.. semoga istiqomah dan bertahan ya nak.. semoga mama dan ayah juga istiqomah menjadi pendengar yang baik untuk semua cerita, ceramah, ovehan, dan gurauanmu.

Uncategorized

Hari kesebelas yang indah. Saking indanya, saya sampai lupa menyetrokan temuan saya hari ini.

Di hari ke 10 saya berencana untuk membiarkan anak-anak melakukan apa yang mereka inginkan. Mandi, makan, dan melakukan hal lain dengan kesadaran. Dengan bahagia.

Pagi hari, si kakak mandi tanpa drama karena memang bak mandinya baru. Dapat hadiah dari rekan ayahnya. Tak sebesar kolam, tapi lumayan untuk main renang-renangan. Makan pun tanpa drama, karena saya putuskan untuk menunggunya merasa lapar. Agak siang memang, tapi tetap 3x sehari.

Tak banyak terjadi drama dengan adeknya, karena ayah libur. Mas Fadhil dengan ayah, dan adek Nadira dengan mama. Sorenya kami mengajak bersepeda di jalan besar perumahan yang tak begitu ramai. Malamnya, mereka segera tidur karena mungkin letih bersepeda.

Alhamdulillah untuk hari ini.

Uncategorized

Tidak Mau Kalah

Ini adalah temuan hari ke-7. Kenapa tak kunjung dikumpulkan? Karena saya mencari referensi apakah respon yang saya tunjukkan salah? Bagaimana sebaiknya komunikasi untuk mengatasi situasi seperti itu? Saya baca beberapa buku referensi parenting tapi sampai hari ini saya belum benar-benar menemukan formula yang benar untuk menghadapi kejadian tersebut.

Jadi, di hari ke-7 itu fadhil bermain dengan teman-temannya di jalan depan rumah. Mereka bermain balapan. Ada yang lari dan ada yang bersepeda .Fadhil berlari. Karena saya belum izinkan dia bersepeda di jalan depan rumah yang meruapakan turunan tajam. Saya takut dia belum bisa nge-rem, karena bisa bersepeda juga belum lama. Diantara sekumpulan anak itu Fadhil memang paling muda usianya, beberapa kali main bersama mereka memang “tidak cocok”.  Sering berakhir dengan menangis. Pun yang terjadi hari itu. Fadhil balapan dan tidak mau kalah. Dia ngotot dia lah pemenangnya. Temannya tentu tidak terima, karena memang fadhil kalah.

Saat dia menangis saya keluar, memanggil, dan memeluknya. Saya tanya apa yang terjadi. Fadhil bercerita sambil menangis bahwa mereka balapan dan fadhil kalah.

 “Fadhil menangis karena fadhil kalah?”Tanyaku.

Dia tidak menjawab. Meneruskan tangisannya. Untung saat itu si adek sedang tidur, jadi saya bisa memeluk fadhil untuk menenangkannya. Fadhil terus saja menangis dan tangisannya menjadi-jadi.

Saya konfirmasi kembali perasaannya,” fadhil sedih ya.. fadhil kecewa karena kalah balapan.”

 Dia mengangguk. Tetap menangis.

Kemudian saya ingat reflek tangannya ketika kecewa adalah memukul. Mungkin dia menangis karena merasa bersalah sudah memukul temannya. Kemudian saya tanya,

 “fadhil tadi mukul teman?”

Dia menjawab “iya, tapi gak kena”

“ooo.. fadhil merasa bersalah sudah memukul teman?”

Tanyaku berusaha memahami apa yang dia rasakan.

“Tapi g kena ma”

Dia tetap menangis sampai sesengukan.

Kemudian aku juga teringat, dulu temannya pernah memukul fadhil, Kemudian aku bertanya

“fadhil tadi kena pukul teman?”

“iyaaaaaa… jawabnya berteriak sambil menangis”

“dimana kena pukulnya, Sakit?”

“disini ma..” jawabnya sambil menunjuk bahu.

“ wes gak apa-apa, sini mama obatin” ku obati dengan menciumnya.

Akhirnya tangisnya agak mereda, dan sepertinya berubah menjadi kantuk. Sesekali dalam tidur siangnya dia sesengukan, menangis dalam mimpi. Mimpi menangis. Bangun tidur alhamdulillah ada teman lainnya main ke rumah, teman yang “sering cocok”. Jadi benguntidur dia ceria, tak mengingat lagi tangis hebohnya sebelum tidur.

Malamnya aku bercerita kepada ayahnya apa yang terjadi hari ini. Lalu kami pun bermain peran, berkompetisi dengan fadhil. Fadhil memang tak mau kalah. Dia selalu merajuk, dan memohon dia lah yang menang. Saat fadhil menang kami mencontohkan untuk berjiwa besar, memberi selamat kepada pemenang.

Aku kemudian bertanya,

“ayah gimana rasanya kalah?”

kemudian ayahnya menjawab

“gak apa-apa mama, biasa aja. Kadang menang, kadang kalah. Its oke” begitu ayah memainkan perannya.

 Kami berharap fadhil siap menang dan siap kalah. Disaat yang bersamaan aku juga ragu, benarkah yang aku lakukan ini? Tidakkah aku membunuh jiwa kompetisinya?

Arrggghhhh.. bagaimana yang benar???

Sebelum tidur, aku mengajaknya bercerita tentang hari ini. Akupun memeberitahunya untuk meminta maaf karena telah memukul temnnya, ya walaupun tidak kena. Tapi kemungkinan fadhil dulu yang memprovokasi karena tidak terima kalah.

Esok harinya dia minta maaf, dan kembali bermain. Kali ini aku mengawasinya dari jauh. Ternyata kronologisnya dalah garis finish yang difahami fadhil lebih jauh dari teman-temannya. Saat teman-temannya sudah berhenti, dia berlari sendiri dan dia klaim bahwa dirinya lah sang pemenang. Lucu bukan???

Kali ini aku gamang menilai diriku sendiri. Salah atau benar pola komunikasiku. Benar atau salah untuk jiwa kompetisinya.

Uncategorized

Menyimak Ocehan Balita

Bismillah.. ini adalah lanjutan dari cerita kenapa fadhil tak mau kalah. Bagus untuk jiwa kompetisinya, namun saya rasa bisa mengganggu awal kehidupan sosialisasinya. Saya takut dia akan dijauhi teman jika mau menangnya sendiri.

Alhamdulillah ketemulah dengan jawaban dari Ayah Edi, salah satu tokoh parenting indonesia yang saya kenal lewat bukunya. Dalam bukunya ayah edi menjawab pertanyaan untuk mengatasi anak yang menang sendiri. Mungkin tak sekedar mengatasi, tetapi menggali akar dari masalah perilaku tersebut.

salah satu kemungkinan penyebab anak yang mau menang sendiri adalah merasa kurang didengar di rumah. Bismillah.. saya mencoba berbicara kepada diri sendiri dan berdiskusi dengan suami. Apakah iya kami kurang memperhatikan saat fadhil bicara?

Sebagian hatiku bersikeras aku sudah sebisa mungkin mendengarkan fadhil. Tapi aku harus jujur. Jujur jika berbuat kekurangan, dan sadar untuk mau merubahnya.

Fadhil memang tipe anak laki-laki yang suka berbicara, suka bercerita, terkadang saat kami sedang belajar mengaji, mengerjakan worksheet mas fadhil malah mengajak cerita tentang dino lah, hewan lah, dan topik-topik kesukaannya yang tak nyambung dengan kegiatan kami. Di saat seperti itulah saya sering menyela bicaranya, saya minta dia fokus.

Kali lain saat saya sedang meninabobokkan adeknya, dan fadhil berbicara maka saya memintanya tenang agar adek segera tidur.

Ternyata memang salah saya😢

Hari ini aku memulai untuk lebih mendengar dan dan merespon dengan baik saat dia bercerita. Saat adek mau tidur pun, ternyata adek tidak terganggu mendengar ocehan kakaknya.

Saat kami beraktifitas bersama, kebetulan semua kegiatan adalah hal yang disukainya. Mulai dengan bermain memindah cairan dengan corong, membekukan air yang didalamnya ditaruh hewan, hingga malamnya membuat ornamen dino. Semua dia sukai sehingga ocehannya nyambung dengan kegiatan kami. Aku berusaha mendengar dan merespon cerita-ceritanya. Sesekali mangucap waahh.. mas fadhil tau ya..

Koleksi pribadi

Sebelumnya bukan sama sekali saya saya tak mau mendengar ocehannya. Salah satu ritual sebelum tidur adalah momen saya mengajaknya bercerita “tentan hari ini”. Saya mendengarkan dia bercerita. Tapi baiklah, saya akan memperbaikinya. Lebih banyak mendengar sepanjang hari tentang celotehannya.

Semoga keterampilan untuk mendengar ini bisa saya tingkatkan dan fadhil bisa mengurangi rasa ingin menang sendiri.

Lima bintant untuk hari ini. Untuk diri yang mau mengakui kesalahan. Untuk usaha lebih mendengarkan fadhil berceloteh. Padahal sebenarnya celoteh fadhil itu lucu sekali. Logatnya khas.. diksinya juga lumayan. Jadi anggap saja hiburan. Hehhehe

Uncategorized

Mabook WAG

Beberapa hari terakhir rasanya malas sekali buka hp. Kalau pun buka lebih untuk mencari hiburan. Padahak tugas,dan kewajiban lagi banyak-banyaknya. Saya emang suka gitu. Kalau ada lebih dari lima tugas, suka ruwet dulu ni pikiran.

Bismillah, kembali berbicara pada diri sendiri. Apa niat awal aku lakukan semua ini. Yang satu niatnya melayani, berbagi manfaat, yang lain mencari pengalaman, pembuktian diri, dan aada pula niat belajar disana. Tapi rasanya tak kuasa menghandle semua ini. Kalau aku terus-teruskan berpartisipasi dengan baik di semua grup, waktuku seharian bisa-bisa hanya untuk mencermati hp. Kadang mata dan kepalaku juga tak bersahabat. Pusing saat lihat HP.

Baiklah mari kita urai benang ruwet ini. Skala prioritas :

  • Kewajiban yang membuat bahagia
  • hal yang membahagiakan (jualan buku), membalas PM dari teman
  • Kewajiban yang tidak bisa diwakilkan
  • Buat jadwal untuk aktif dibeberapa grup secara bergantian. Buat jam online.
  • Turn off notification untuk grup-grup yang memang antara ada dan tiada tapi sungkan left (takut dicoret dari daftar keluarga besar🤭)

Rencana esok hari membuat jadwal tertulis tentang jam online, jam berkualitas untuk anak-anak, jam me time, jam pekerjaan domestik .

Jujur selama ini sering sekali saya membaca wa sambil ngelonin si adek.. begitu sadar, ada rasa bersalah di sudut hati. Rasa bersalah tidak memandang matanya, tak tak berinteraksi penuh kehangatan saat mendekapnya.

sering juga melihat hp saat menemani kakak bermain, sampai kakak bertingkah mencari penrhatian. Kadang bukan instripeksi, malah emosi.. lagi asik ngetik, si kakak adaa aja tingkahnya. Astaghfirullah.. banyak dosa mama sama kakak selama ini. Maaf y kak..

Pun ketika suami pulang, beliau beberapa kali mkali mengungkapkan keberatannya kalau saya terlalu asik mengamati chat percakapan. Maafkan aku suamiku.

Esok hari insyaAllah aku benahi semua ini.

3 bintang untukq karena me time ku pakai untuk refleksi diri, mengurai benang kusut, “take a bite” kata teman seperjuangan. Jika beliau membaca ini, terimakasih untuk support dan bersedia mendengar curhatan receh ala mama fadhil.

3 bintang karena eksekusi jadwal masih tertunda. Keburu malam, karena esok harus bangun pagi-pagi sekali.

Rencana esok berkomunikasi dengan diri sendiri untuk menetapkan mana yang penting dan mana yang kurang penting.

Uncategorized

Kesepakatan MPasi

Setelah kemarin gagal menerapkan komunikasi produktif untuk menyelesaikan masalah MPasi yang beberapa bulan ini membuat kami tak sepaham, akhirnya hari ini tercapai juga kesepakatan tersebut.

Berkaca dari pengalaman kemarin. Sebenarnya sebelum berbicara saya sudah melayaninya. Kemudian menyampaikan bahwa ini bukan untum menang atau kalah argumen. Ini untuk anak kita. Tetapi saya rasa ada kesalahan disana. Masih ada ego untuk pendapag saya. Saya merasa, saya yang lebih benar. Kemarin saya pun tidak mengifokan dengan measurements yang jelas.

Maka nalam ini saya berusaha membuka omongan, dengan sikap yang manis. Tanpa banyak basa-basi.

“ayah, sebenarnya menurut ayah berapa sendok makan takaran Mpasi untuk nadhira?”

Saya sampaikan juga apa yang saya tidak suka, dan apa yang saya harapkan.

“aku lo sebel, baru nyuapin dapat dua suapan udah diberhentiin. Seolah-olah salah gitu aku kasih makan anak”

Aku memberinya win win solution

“aku akan menyajikan Mpasi sesui saran takaran dari ayah, karena itu dari ayah jadi gak perlu lagi di “stop-stopin”.”

Beliau merespo dengan mengkonfirmasi porsi sebelumya. Dua sendok makan jawabku.

“Oke, kurangi 2/3”

“ya Allah ndadak kon ngitung pecahan yah?”

Bilang aja berapa sendok gitu gampangnya🤣

“Satu seperempat sendok makan”

“Baik.. Nasi/karbo satu seperempat sendok makan. Itu belum lauknya ya yah.. karena lauknya gak tak ssendoki biasanya”

“Iya deal! “

“oke deal, tidak ada lagi aku baru nyuapin dah di stop in ya”

pada hakikatnya, umur 11 bulan seharusnya 2 sendok makan (menurut anjuran nutrisi dari dokter anak). Aku akan tetap menunaikan janjiku 1 sdm karbo, dan mengakalinya dengan protein dan komponen lain 1 sdm lebih.. wkwkkw..

I love you ayah.. wkwkkw

Bintang untuk hari ini 5. Karena akhirnya masalah berbulan-bulan sudah ada titik temu. Tidak ada lagi sebel sama pasangan dalam percakapan.

Esok hari simpel saja. Aku ingin anakku bahagia tanpa tuntutan apapun. Biarlah mandi, makan, dan kegiatan lain mereka lakukan dengan kesadarannya. Turunkan level ideal untuk sehari. Bismillah.

Uncategorized

Dua suap aja

Hari ini aku mencoba berkomunikasi dengan suami tentang MPasi untuk si kecil. Jadi si kecil ini terlihat gendut, tetapi bb dan ttb nya di garis hijau, di garis mean (di tengah, pas, ideal). Tapi memang semua orang bilang anak ini gendut dalam artian mereka memuji, karena untuk orang pada umunya bayi gendut itu lucu, sehat.

Lalu bbagaimana denganku? tentu saja aku bahagia. Setelah bertahun-tahun mendengar omongan orang tentang fadhil yang kurus lah yang kecil lah, yg pendek lah (padahal status gizinya normal juga).

Tenyata kebahagiaanku tak sejalan dengan perasaan ayahnya. Ayahnya lebih suka anak yang ramping (dia sebut ideal), bukan anak yabg gendut. Katanya takut keterusan. Apalagi ini perempuan, beliau takut lebih susah menurunkan BB dari pada menaikkan BB.

Berbagai data aku sajikan padanya. Mulai dari kMs, kemudian bagaimana “terlihat gendut” itu bersifat relatif bahwa yang akurat itu adalah kms dan grdan grafik who.

Tapi beliau tetap bersikukuh kalau nadhira terlihat terlalu gendut. Jadi meminta saya saya mengurangi porsi makan si kecil. Baik, sdh saya kurangi porsinya. Sebalnya adalah ketika anaknya masih lahap makan selalu di sounding,”sudah sudah.. sudah banyak” padahal baru di suapan ketiga🙄

saya sudah sering mengajak komunikasi tentang hal ini. Tapi selalu saja tidak efektif.

Seperti malam ini, saya memang sedikit maniakkan nada ketika ayah bilang “sudah nduk makannya, jangan banyan-banyak”

Saya langsung nyaut, “jadi yg bener berapa suap sih yah?”

Beliau jawab “sesuai feelingku”

Nyebelin, dan ya sudah saya jadi malas meneruskan diskusi.

Bintang untuk saya tentu saja satu😂

Bismillah, saya cari tau dulu bagaimana agar sikon bisa mendukung obrolan kami agar lebih santau dan dari hati ke hati.

Esok hari rencana saya, ngobrol sama diri saya ssaya sendiri. Tentang apa yang harus saya prioritaskan.

Uncategorized

Televisi yang demam

Pagi hari sesaat setelah bangun tidur fadhil merengek meminta tv agar dinyalakan. Tumben-tumbenan ni anak kumat lagi melek minta tv. Pasalnya sudah berbulan-bulan kami sepakati aturan, boleh nonton tv setelah mandi. Tapi hari ini… Entahlah..

Mungkin imbas dari pembiasaan baru. Pembiasaan dimana aku membatasi jam nonton tv nya. Ya walaupun tv yang dimaksud disini bukan siaran dari stasiun tv melainkan video yang kami pilihkan untuknya, tapi tetap saja ada perasaan bersalah di hati. Tentang screen time yang berlebihan. Tentang suara tv yang mendsitraksi fokusnya saat diajak berkegiatan.

Benar saja saat diminta memilih mama atau kakak yang mematikan tv. Dia berteriak, “gak matiin tv.” Padaha beberapa hari kemarin dia akan memilih , “aku aja ma yang matiin.” Baiklah memberinya pilihan tidak manjur hari ini.

Aku teringat salah satu peralatan komunikasi yang aku baca dari salah satu buku seni komunikasi dengan balita. Peralatan tersebut bernama “melawak” dijelaskan bahwa sering kali melawak dengan benda mati yang kita suarakan akan berhasil membuat anak menuriti perintah kita.

Kucobalah trik itu..

“mas yuk kita mendekati si tv” sambil kuarahkan tangannya memegang bagian belakang tv.

“panas ya mas? Pantesan tadi tv nya mengeluh badannya panas. Kasian ya.. “

“kok kasian ma?”

“mas fadhil kalau badannya panas, enak gak? Sakit g? “

“iya sakit ma”

“mama jadi takut tv nya sakit, nanti g bisa nyala lagi”

“g mau ma… g mau g nyala lagi”

Kemudian kami berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan agar tv nya sehat. Kami bersepakat bahwa tv-nya butuh bobo, istirahat. Bobonya tv adalah saat kami mematikannya.

Alhamdulillah berhasil juga mematikan tv. Positifnya dari mematikan tv adalah dia mau bobo siang. Lebih berkonsentrasi jika diajak berkegiatan.

Bintang untuk hari ini adalah 5.

Alhamdulillah untuk hari ini. Esok hari aku ingin mencoba komunikasi produktif dengan suami, tentang ketidakkompakan untuk MPAsi putri kedua kami.

Uncategorized

ini tantangan, bukan kesulitan

Tak pernah terfikir olehku sebelumnya, aku akan belajar menulis dan terlibat dalam proyek impian “membuat sebuah buku”. Berawal dari keharusan menulis dalam kelas matrikulasi, dan saya merasa enjoy, easy, walau belum excelent, dan belum earn. Tapi saya ingin memperdalam belajar menulis. Bergabunglah saya dengan komunitas menulis di IP, Rumbel IPMR.

Semester ini, salah satu proyek bersama kami adalah membuat proyek buku antologi. Berada ditengah-tengah penulis yang sudah berpengalaman, bahkan memiliki banyak buku antologi sebelumnya. Saya merasa bena-benar nol, tak punya modal dan pengetahuan apa-apa. Merasa pupuk bawang, hanya ikut-ikutan. Lama sekali aku memikirkan aku akan menulis apa. Apa ide yang akan aku bahas dalam tema besar itu. Berhari-hari. Belum ketemu juga.

Akhirnya saya ingat bahwa komunikasi produktif bisa saya terapkan disini. Jangan ada minder diantara kita.. cie.. wkwkwkw

Mari ubah keminderan dengan motivasi. Mengubah kata “ini sulit” dengan “ini asik, aku tertantang.”

Alhamdulillah tak lama setelah itu aku menemukan ide tentang judul yang akan aku tulis. Begitu nemu ide, aku kegirangan lalu memberi tahu suamiku. Suami menjawab, “siiip, bagus, lanjutkan!” masyaAllah, belum apa-apa semangatku sudah terisi 100 persen dengan dukungan beliau.

Sore ini aku bisa menulis dua paragraf. Walaupun belum tentu bagus, minimal ini adalah langkah awal. Semoga ide terus mengalir, dan bisa menyelesaikan project bersama ini.

Mau baca buku yang ada namamu kan nikma? Tanya hatiku memberi semangat.

Aku memberi bintang 5 untuk usahaku membangun percaya diriku hari ini. 5 karena dampaknya bisa langsung terasa. Aku merasa produktif.

Esok hari aku akan berkonsentrasi lagi berkomunikasi produktif dengan anak pertamaku. Kami ada “PR” yang harus kami selesaikan sebelum september berakhir. Bismillah, kerjasama, tanpa drama.

Uncategorized

Diri ini, jangan julid ah..

Netizen maha benar??? Sering bilang “dasar netizen”
Aku sering, gemes liat netizen gini gitu. Lha tapi akunya termasuk netizen g ya🤭🤭
Jangan-jangan mlh netizen sejati, aiiih.. ndang gek tobat nikma…😁😁

Tapi beneran deh, menahan komentar kepada hal-hal yang bertentangan dengan apa yang kita pelajari selama ini tu bikin gateeeel bgt. Puengen komeng ae…

Misalnya, lihat postingan Mpasi orang lain (sama kaya mpasi kita dulu) yang sekarang kita tau itu kurang tepat, bahkan bisa mal gizi. Ya Allah iki jari kudu ngetiiiik.. tapi harus dipikir lagi ya.. apa dampak dari respon kita. Lebih sopan kl kita DM atau PM atau WA atau apalah yang sifatnya pribadi. Tapi harus liat-liat juga, sifatnya lawan bicara kek apa. Jangan sampai niat kita memberitahu karena sayang berakhir dengan bersitegang. Kan g asik, kalau awalnya deduluran, jadi risih-risihan karena kekomenan.

Lihat postingan posisi gendong bayi yang kita tau itu kurang aman. Mmmm.. jempolnya udah g bisa ditahan. Tapi tolong tetep rem kan. Jgn sampai si jempol merasa maha benar, dengan secuil ilmu yg baru dibaca kemarin.

Liat sliweran postingan yang kita tau (atau sok tau) itu kurang tepat. Bahkan ada ahli yang menyatakan itu salah banget, memang membuat ingin sekali berkomentar. Seringnya niatnya karena sayang, tapi kadang yang kamu perhatikan g butuh sayangmu yang model itu. Jadi ya jangan maksa.. wong sayang kok maksa 🙄

Ahli nutrisi bukan, ahli ortopedi juga bukan kok bisa-bisanya mau membenarkan. Ya walaupun niatnya karena sayang, biar g salah langkah “kaya aku dulu”. Tapi hey! Ilmu itu sifatnya g statis, berkembang seiring penemuan terbaru. Yang saya artikan tdk ada kebenaran mutlak 100%. Jadi nikma hentikan jempol sok benarmu itu🤐🤐

Akhirnya sekarang, wes ta lah.. semua adalah ibu terbaik untuk anaknya. Kalau kagak ditanya wes g sah repot-repot mancing mania.. eh mancing perkara🤣🤣

Sekian komunikasi produktif untuk diri sendiri yang nyinyir dan membahayakan stabilitas perkawanan, persahabatan, deduluran, dan kekoncoan.

Kasih bintang 3⭐⭐⭐ untuk hari ini karena abis liat postingan dan akunya diem bae.. heheheh..
3 karena aku merasa bahagia tidak komen macem-macem. 3 karena aku juga masih kepikiran sayang ayok belajar ke ahlinya yuk(huss.. sotoy lagi kan🤯🤯)

Rencanku esok hari adalah komunikasi produktif untuk diri sendiri.

Harike4

tantangan15hari

zona1komprod

pantaibentangpetualang

institutibuprofesional

petualangbahagia

pulauimpian

bunsaybatch6