Uncategorized

Eti, Sepupu yang ku Dampingi dari Bayi

Usia kita terpaut empat tahun. Entah hanya ilusi atau kenangan itu memang benar. Dulu saat usiaku empaylt tahun aku sudah belajar memangkumu. Dengan pengawasan ibumu tentunya.

Ibumu adalah bulek kesayanganku. Saat beliau menikah, aku cemburu bukan main. Aku merasa bapakmu merebutnya dari ku. Aku sempat berfikir untuk merusak motornya, mengempeskan bannya. Wkwkkw.. yah, namanya juga cemburunya anak kecil.

Saat kau lahir, aku ingat betul tempatnya. Di rumah bidan di dekat perempatan jetis. Aku dan ibuku setia menunggui kamu dan ibumu.

Setelah pulanh dari rumah bidan. Aku dan ibuku juga tetap setia menunggui kalian di rumah mbok’e. Setiap pagi dan siang, kamu tidur di “amben” depan pintu. Aku bertuas menungguimu saat ibumu mau ke dapur, mau ke kamar mandi, atau sekedar ke kamar menganmbil ini dan itu. Saat aku hanya berdua denganmu, ibumu selalu berpesan, “Mbak nikma jagain ya, ojo diculek, ojo dikipasi ritek, kipase diobahne lek adek diencok’i jingklong utowo laler.”

Begitulah aku menghabiskan waktuku saat kamu masih bayi. Waktu beranjak cepat. Saat aku sdh TK, kamu berusia 1 tahun, mulai berceloteh. Kamu ingat menyaksikan pawai TK ku dulu? Kamu menungguku lewat di halaman rumah, tanpa memakai celana. Ibuku bercerita tadi sepanjang menunggu mobil pawai TK ku lewat, kamu bernyanyi, “pak ici, pak ala, pak ici, pak ala” karena banyak peserta pawai yang cosplay menjadi polisi dan tentara. Kamu imut dan pintar sekali.

Aku masih ingat juga bagaimana aku dimarahi ibuku dan ibumu saat aku hendak bermain bersama teman-temanku. Mereka melarangku karena kamu mencariku. Kamu selalu ingin bermain denganku. Aku mengalah. Memilih bermain denganmu dari pada bermain dengan teman-temanku.

Saat kamu beranjak lebih besar, kita sering menghabiskan waktu bermain dam-daman, bermain ular tangga, monopoli, sampai bermain karambol. Saat aku kuliah, kamu menungguku untuk sekedar mengantarkanmu beli baju di distro.

Saat kamu mau memasuki jenjang SMA, kamu juga menungguku untuk mengamtarkanmu daftar dan tes di SMA 2. SMA ku dulu. Sayang kamu tidak lolos.

Akhirnya kita mencari-cari SMA lain. Dan inilah penyesalan terbesarku. Aku menyesal mengantarkanmu ke SMA mu itu. Walaupun itu sudah takdirmu. Bukankah takdir adalah akumulasi dari banyak pilihan. Penyesalanku mengantarmu kesana, mungkin kamu tau sendiri. Mengantarmu menjalani kehidupan seperti di neraka. Kamu sering dicaci kan? Kamu sering diremehkan?

Kamu mengorbankan terlalu banyak, hanya untuk mempertahankannya.

Dengan segala histori masa kecil kita. Aku harap kamu paham, kenapa aku sangat kecewa. Aku menyayangimu, mungkin lebih dibanding sepupu kita yang lain. Maka aku lah orang yang paling merasa tersakiti, saat kamu berbuat hal yang melampaui batas.

Kamu bilang aku terhasut untuk membencimu? Bagaimana bisa, jika buktinya terpampang nyata. Lalu apakah aku harus mempercayaimu setelah merasakan pengingkaran janjimu?

Setelah semua lembaran dan kekacauan ini. Aku akan berhenti memikirkanmu. Tidak ada lagi sakit hati. Semua akan ku hapuskan. Entah apapun kebenarannya. Semoga kamu tidak lagi hidup bagai di neraka. Belajarlah untuk merasa bersalah. Belajarlah mengakui kesalahan. Jangan merasa dunia kejam kepadamu tanpa kamu bercermin dengan apa yang telah kamu lakukan.

cerita mama, Uncategorized

Luka Hati anak TK (part-3)

Keesokan harinya adalah hari dimana Salma harus tampil di acara perpisahan TK. Salma berangkat dengan bahagia, walaupun kemarin ia sempat melewati hari yang berat.

Salma juga telah berdamai dengan ayahnya. Bahkan tadi malam, sekali lagi Ayah memberi pengarahan. Tentang surat Al Lahab, artinya, serta bagaimana harus berekspresi saat membaca artinya. Tak lupa ayah juga mengingatkan untuk melihat semua penonton sebelum mengucap salam, konon kata Ayah hal itu bisa mengurangi rasa deg-degan.

Salma merasa percaya diri dan siap melaksanakan tugasnya dengan baik. Walaupun tidak ikut gladi bersih, tetapi Salma sudah sering berlatih. Semenjak ditunjuk untuk membacakan surat pendek, Ayah dan ibu membantu salma latihan setiap malam. Maka berangkatlah Salma dengan riang.

Sepanjang jalan diatas kendaraannya, Salma menikmati hembusan angin yang menerpa wajah. Ia Juga mengagumi Semburat indah matahari yang mulai menyapa dipagi hari. Amboi, indah nian pagi ini. Salma merasa tak ada yang salah. Dia merasa bahwa anak TK nol kecil memang tidak perlu gladi bersih. Sama seperti yang diucapkan Mbak Afi kemarin pagi. Salma percaya sepenuhnya.

Raut muka Salma berubah ketika ia tiba di sekolah. Salma datang memakai baju muslimnya, polos, tanpa riasan. Jilbabnya pun tidak dihiasi bros atau semacamnya. Sederhana sekali penampilan Salma. Berbanding 180° dengan teman-teman disekitarnya. Mereka yang menari tampil heboh dengan pakaian penari dan riasan. Temannya yang membaca puisi pun memakai riasan walau bajunya tak seheboh para penari.

Belum selesai ia memaknai perasaan insecure-nya, seorang guru datang dan menegurnya. “Loh salma kok ndak macak?”

“Lho iya, kemarin dia tidak ikut gladi bersih makanya gak tau Bu,” Sahut ibu guru lainnya.

Salma belum sempat membela diri, belum sempat bertanya, dan belum sempat menjelaskan apa yang terjadi kemarin. Dua ibu guru yang menegurnya sudah berlalu. Semua guru terlalu sibuk untuk mendengarkannya. Timbul lah pertanyaan dihatinya, loh kan kata mbak Afi aku gak boleh ikut gladi bersih kemarin? Namun, pertanyaan itu hanya terendap dihati. Tak ada sesiapa yang bisa ia tanyai. Semua orang sibuk sendiri.

Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana. Salma merasa teman-teman disekitarnya berbisik, menggunjingkannya. Membicarakan ia yang tak hadir saat gladi bersih, membicarakan penampilannya yang tak sama dengan yang lainnya. Keadaan yang menambah rasa tidak nyaman dan rendah diri di hatinya.

Tak ingin berlarut-larut, Salma segera mendekati teman sekelasnya. Deka namanya. Salma bertanya apakah kemarin deka ikut gladi bersih. Deka menjawab bahwa dia mengikuti gladi bersih.Betapa terkejutnya Salma, saat Deka melanjutkan bercerita kalau kemarin pagi ia melihat Salma. Deka ada disana, tapi dia disuruh bersembunyi oleh Mbak Afi dan kawan-kawannya.

Untuk Salma yang baru berusia lima tahun, dengan pemahaman yang belum utuh. Salma merasa dikhianati Deka. Sakit hatinya semakin menjadi-jadi saat mengetahui ada anak sejahat Mbak Afi di dunia ini. Salah apa aku kepadanya? Kenapa setega itu perlakuannya kepadaku? Tanpa disadari dari kejadian ini, Salma kecil mulai belajar untuk tidak mudah percaya dengan orang lain.

Dengan aneka rasa yang teraduk dalam hatinya, Salma berusaha untuk tetap maju ke atas panggung. Menyelesaikan tugasnya, dan segera berlari memeluk ayah dan ibunya di bangku penonton. Menumpahkan segala rasa tanpa kata. Hanya tumpahan air yang mengalir dari mata.

Epilog

Sekarang, setelah salma berusia tiga puluh dua tahun. Salma berkesempatan belajar banyak hal. Salah satunya adalah bagaimana ia bisa berdamai dengan masa lalunya. Mengobati beberapa luka yang membekas di hati. Sekarang dia paham, kekecewaan Ayahnya saat itu adalah wujud dari kekhawatiran dan kasih sayang. Salma paham jika Deka juga korban yang diperalat kaka kelas. Deka tidak bersalah kepada Salma.

Berulang kali Salma bertemu Mbak Afi. Mereka bersekolah di MI yang sama, rumah mbak Afi ada di dekat sekolah mengaji Salma. Namun, Salma selalu menahan diri untuk meminta penjelasan. Salma sebenarnya sering bermimpi melabrak Mbak Afi, tapi setelah terbangun ia bersyukur bahwa itu hanya mimpi.

Mungkin Salma sudah memaafkan. Namun, detail kejadian masih terekam jelas. Bahkan ekspresi wajah Pak Toserba, baju apa yang beliau kenakan, masih tersimpan rapi dalam ingatan.

Salma pun berharap untuk bisa melupakan. Namun, jika itu sulit terhapuskan. Biarlah ia berdamai jika sesekali ingatan itu datang.

Dear Mbak Afi, Salma telah memaafkanmu❤

Uncategorized

Luka hati anak TK (part-2)

Tak terasa Salma sudah berlari jauh, ia sudah sampai di depan pasar. Bimbang diantara riuh ramenya pengunjung pasar pagi itu.

Anak kecil berumur lima tahun itu mulai merasa takut. Takut hilang, takut diculik, takut ada orang jahat, karena sering diberi pengertian seperti itu oleh lingkungannya. Ada tukang culik anak dengan mobil bergambar gunting yang selalu berkeliaran. Namun, rasa malunya lebih kuat daripada rasa takunya. Ia terpaksa meneruskan langkahnya. Mengubur dalam-dalam pilihan untuk kembali ke sekolah.

Sambil berlari salma teringat ada rumah Budhe di seberang pasar. Ia beranikan diri menyebrangi jalan besar yang amat ramai. Untungnya, saat ia berdiri di tepi jalan ada orang baik yang memandunya menyebrang. Salma mengenal orang itu, Bapak pemilik toserba di samping pasar. Bapak itu memandang dengan ekspresi heran dan kasian. Mungkin kasian karena melihat anak kecil berlari sambil menangis. Pak Toserba ini pulalah yang menjadi salah satu tokoh penting dalam cerita ini.

Rumah Budhe terbilang dekat dari jalan raya. Berjarak sekitar lima rumah saja. Budhe menerima Salma dengan baik. Salma bermain dengan kakak sepupunya, dibelikan jajan, dan makan siang disana. Saat itu belum ada handphone, telpon rumah pun masih jarang. Setelah salma lupa dengan tangisannya, Budhe pamit ke wartel sebentar. Saat itu sudah lewat pukul sepuluh. Budhe menghubungi rumah Mbah yang bersebelahan dengan rumah Salma. Sayangnya, Ayah Salma sudah berangkat menjemput ke sekolah.

Sudah bisa ditebak, tentu saja ayah Salma kebingungan. Ayah berangkat dengan keyakinan penuh bahwa putrinya sedang melakukan gladi bersih di TK. Namun, ketika beliau tiba di TK Bu Guru malah bertanya kenapa Salma tak datang. Ayah menjelaskan bahwa pagi tadi beliau sendiri yang mengantar Salma, memastikan Salma turun didepan sekolah.

Ayah panik! Mungkinkah Salma Hilang, Salma diculik, Salma kecelakaan? begitu banyak pikiran buruk muncul dikepala ayah. Ayah mau marah tapi tak tahu memarahi siapa, karena Bu Guru pun menjelaskan tak bertemu Salma sama sekali semenjak beliau sampai di TK.

Ayah mulai mencari, mengelilingi jalan di sekitar sekolah. Sesekali menghentikan motornya dan memeriksa semak-semak. Tak pula ayah temukan jejak Salma. Sampai akhirnya Ayah memutuskan masuk ke dalam pasar untuk mencari.Disinilah Pak Toserba kembali berjasa. Beliau melihat ayah kebingungan, dan menghampirinya. “Madosi putrine pak?” Tanyanya.

“Enggeh, Pak! Njenengan nopo ketemu Salma enjing wau?”

“Enggeh leres, dek wau Salma nangis. Kulo sebrangne, terus mlayu ten daleme Budhene mriku” ujar Pak Toserba sambil menunjuk arah ke rumah Budhe.

Ayah segera bergegas.

Salma yang mendengar suara motor ayahnya, menyambut dengan polos dan gembira. “Ayahh…” teriak Salma sambil melambaikan tangan. Wajah ayah terlihat sangat lega. Namun, diikuti dengan ekspresi marah yang ditahan.

Setelah berbincang sebentar dengan Budhe, meminta maaf, dan berterima kasih Ayah dan Salma berpamitan. Sepanjang jalan Ayah hanya terdiam. Barulah setelah sampai di rumah, Ayah menumpahkan semuanya. Kekecewaan, kemarah, dan kekhawatiran yang baru saja beliau rasakan. Ayah memarahi Salma kenapa lari dari sekolah. Salma menjawab dengan tergugu, menjelaskan apa yang dikatakan kakak nol besar bernama Afi. Namun, penjelasan itu semakin membuat ayah kecewa. Ayah bilang Salma bodoh karena percaya, bodoh karena memilih lari dan tak menunggu guru saja. Tergoreslah luka hati Salma untuk kali pertama.

Saat itu tentu Salma belum paham apa yang dirasakan ayahnya. Yang dia tahu pagi tadi dia mengalami pagi yang berat. Sesampainya di rumah bukan dihibur malah dimarahi, dan dicap bodoh oleh ayahnya sendiri.

Namun luka itu tak seberapa dengan luka yang esok hari ia dapatkan. Luka saat ia harus tampil dipanggung tanpa gladi bersih. Luka karena merasa di khianati. Luka karena karena menyadari ada anak sejahat itu. Luka karena disalahkan padahal ia adalah korban.

Uncategorized

Jam Cinderela (Pukul 00.00)

Jam cinderella adalah istilah yang saya sering dengar setelah bergabung dengan ibu profesional. Jam cinderella sering dijadikan batas pengumpulan suatu tugas. Kenapa tidak dibuat lebih awal? Pukul 21.00 misalnya, seperti jam malam masuk kos kosan? Hehehehe….

Ternyata eh ternyata jam cinderella ini begitu berguna bagi para ibu. Ibu yang harus mengerjakan tugas, challenge, ataupun nice home work, tetapi menunggu anak dan suami terlelap. Agar fokus dan segera terselesaikan.

Saat mengikuti matrikulasi dan bunda sayang, saya juga Si Penggemar jam cinderella. Memang malam hari membuat saya lebih fokus untuk mengerjakan sesuatu. Bisa sekali duduk selesai. Berbanding jauh jika dibandingkan mengerjakan saat siang hari. Baru ngetik satu kalimat, anak sudah memanggil. Entah minta makan, minta ke kamar mandi, minta dikucir, atau sekedar minta dielus-elus. Maklum, kami para ibu memang dunia bagi para balita kami. Begadang sampai jam cinderella kadang menjadi me time tersendiri. Menyalakan musik sambil mengerjakan tugas membuat kantuk pergi. Apalagi kalau saya mendengarkan lagu india, bisa sambil ikut nyanyi. Bisa-bisa sampai tidak sadar suara saya menggangu keanggunan malam.

Beberapa waktu yang lalu saya harus mengakhiri menjadi penikmat jam cinderella karena alasan kesehatan. Seringnya, saya akan sesak napas saat tidur terlalu larut. Dampaknya saya belum berani mengambil perkuliahan di HIMA IP lagi, karena merasa belum cakap mengatur waktu.

Sekarang challenge di komitas atau membuat tulisan seperti ini dilakukan di siang atau pagi hari. Tidak bisa sekali duduk selesai seperti saat menjadi penggemar jam cinderella dulu. Kadang bisa selesai sebelum tenggat waktu. Kadang juga cuma menjadi draft yang diupload tanpa diikutkan challenge.

Jauh dalam lubuk hatiku, aku rindu menikmati jam cinderella itu.

Uncategorized

Mitos Paling Sesat Selama Menyusui

Menulis lagi tentang menyusui berarti saya harus memutar ulang memori enam tahu lalu untuk anak pertama, dan tiga tahun lalu untuk anak ke dua. Namun, sepertinya memutar memori enam tahun lalu lebih menarik. Penuh drama ibu baru yang mengalami kejadian serba pertama dalam hidupnya.

Bila diingat salah satu penyesalan saya saat itu adalah tidak mempelajari mitos-mitos ibu menyusui di sekitar lingkungan saya. Saya hanya terfokus tentang IMD, kolostrum, memijat PD, mebersihkan PD dan lain sebagainya. Ternyata mempelajari mitos itu penting. Untuk apa? Untuk menyiapkan jawaban-jawaban yang bersifat win-win solution. Tidak menyakiti orang tua tapi juga tidak membahayakan ibu dan bayinya.

Dari puluhan mitos yang harus saya rasakan saat itu ada dua mitos yang menurut saya berbahaya. Niat saya saat menulis ini bukan untuk menyalahkan para tetua ya, tapi untuk berbagi pengetahuan tentang mitos agar saat terjadi bisa kita hindari dengan cara yang menentramkan semua pihak.

Berikut ini mitos paling menyesatkan ala saya. Silahkan disimak.

1. Ibu minum air putih membuat bayi pilek.

Saat itu apakah saya percaya? Tentu saja tidak. Pilek karena minum air putih sangat tidak masuk akal bagi saya. Namun, saya tetap menyiapkan air putih di samping tempat saya menyusui. Sebotol air mineral bervolume sekitar tiga ratus mili. Saat saya ketahuan sering minum, saya ditegur, dimarahi, juga dipelototi. Botol saya itu akhirnya dijadikan patokan jatah minum dari pagi sampai sore.

Dengan keadaan yang lemah pasca melahirkan, hormon belum normal, tubuh pun merasakan sakit pasca operasi sesar. Saya terlalu malas untuk berargumentasi. Otak saya tidak bisa menemukan cara yang baik untuk menjelaskan kesesatan mitos tersebut. Saya hanya berkata kalau tidak mungkin minum air menyebabkan pilek. Pilek adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Tentu saja itu bahasa yang sulit mereka terima. Terlalu ilmiah, hoi! Saat itu kata virus belum se-familiar sekarang.

Akibat kurang minum saya sering pusing dan didera rasa haus yang teramat sangat. Hausnya melebihi orang yang sedang berpuasa. Saya sampai menangis saat itu karena ingin sekali minum tetapi tidak berani isi ulang botol.

Jika ada yang merasa pusing dan haus adalah hal sepele, mungkin iya untuk sebagian orang dalam keadaan yang biasa saja. Tapi tidak untuk ibu yang baru saja melahirkan. Saya harus menahan sakitnya jahitan, menikmati perubahan hormon, ditambah lagi harus tidur sambil duduk (senden), dan masih harus menanggung haus dan pusing? Entahlah, saya tidak bisa menemukan sepelenya dimana.

Untuk bayi tentu saja hal ini sangat berpengaruh. Asi yang secara harfiah kepanjangan dari air susu ibu, tentu saja ia berbetuk cair. Terbentuk dari cairan yang ada ditubuh sang ibu. Jika ibu kekurangan cairan, apakah mungkin produksi asinya akan optimal? Selain itu dampak untuk bayi juga tak kalah berbahaya. Bayi saya yang masih hitungan hari harus merasakan susahnya BAB. Dia Menangis meraung-raung sebelum bisa BAB.

Meski berat, ternyata kesakitan bayi saya itu adalah akhir dari drama haus yang saya rasakan. Orang tua bercerita ke koleganya jika bayi saya susah BAB. Sang Kolega menjawab “ibunya kurang minum itu.” Sungguh ajaib, satu kalimat dari orang yang mereka percaya bisa merubah prinsip mereka seketika. Akhirnya saya bebas minum.

Jadi sudah tau ya sarannya apa? Cari orang kepercayaan ibu atau bapak yang open minded, dipercaya oleh orang tua, dan terpandang. Sampaikan kita meminta tolong untuk memberi tahu pentingnya minum air putih untuk ibu menyusui. Hal ini perlu dilakukan jika kamu sudah tau mitos ini juga dipercaya dan dilestarikan di tempatmu. Bisa digunakan juga untuk mitos lain yang kamu anggap berbahaya.

2. Dilarang tidur dipagi hari karena darah putihnya bisa naik

Tidur adalah kemewahan untuk ibu baru. Diawal perjalanannya, dengan segala yang dirasakan tubuhnya ia masih harus begadang untuk menyusui. Bayi menangis ataupun tidak, ia tetap harus menyusui setiap 3-4 jam. Padahal tidur yang cukup sangat dibutuhkan karena masa-masa setelah melahirkan adalah masa-masa yang melelahkan. Istirahat sejenak juga membuat ibu nyaman sehingga bisa menghasilkan banyak ASI.

Tipe bayi saya adalah bayi yang minta digendong di malam hari. Biasanya antara jam 01.00 sampai jam 03.00 dini hari. Setelah minum ASI, ganti popok dan bedong, ia tetap menangis dan terjaga. Setelah digendong dan ditimang-timang dua sampai tiga jam baru lah ia akan tenang dan kembali tertidur.

Dengam keadaan seperti itu, saat bayi pulas di pagi hari, saya sering terbawa suasana untuk bisa memejamkan mata sejenak. Namun itu hanya khayalan. Para tetua yang sengaja bergantian menunggui tak kan membiarkannya. Khawatir darah putih naik katanya.

Bodohnya kesalahan yang sama tetap saya lakukan. Lagi-lagi saya menjelaskan sifat, karakterisktik, dan apa yang bisa membuat leukosit (si darah putih) naik. Sampe berbusa menjelaskan ya nggak akan nyambung. Wkwkkwk

Solusi dari saya, minta tolong kepada tenaga medis untuk menyampaikan pentingnya istirahat untuk ibu menyusui. Sekaligus menerangkan bahwa darah putih naik adalah mitos.

Sebenarnya masih banyak mitos yang saya alami. Misalnya hanya boleh makan nasi putih dengan lauk telur putih dan bawang goreng, tidak boleh keluar rumah sama sekali di lima hari setelah kelahiran, tidur harus senden dengan kaki lurus, dll. Namun, dua mitos yang saya sebutkan adalah mitos yang paling berbahaya karena menyangkut kesehatan dan dapat mempengaruhi produksi ASI. Dalam beberapa kasus bahkan mitos ini sangat mungkin memicu munculnya baby blues. Semoga kita bisa menghindarinya dengan bijak. Patut diingat juga bahwa para tetua seperti itu karena ketidaktahuan dan rasa sayang mereka kepada kita.

Uncategorized

Dingin, Kering, dan Eksim

Jika dulu masa pancaroba memberikan PR berupa imunitas anak yang turun sehingga mudah sakit. Sekarang PR kami bertambah. Saat masa pancaroba datang, eksim pun menyerang. Eksim muncul di kulit anak kedua kami.

Eksim pertama kali muncul di kulitnya saat ia berusia satu setengah tahun. Saat itu kami sampai berkeliling ke beberapa dokter, juga bergonta-ganti salep. Eksim yang dialami bayi kami juga kadang disebut eksim basah. Hal itu mungkin karena bintik-bintik kecilnya mengandung air dan akan basah jika digaruk dan pecah. Eksim basah yang datang disaat musim kering. Ternyata tak selalu kekeringan yang dimusim kering. Buktinya ya si eksim anak kami ini, eksim basah! hehehehe.

Saat kami ke dokter keadaan eksimnya memang sudah lumayan parah. Hal tersebut karena ketidaktahuan kami yang mengira bahwa infeksi yang terjadi adalah akibat kuman-kuman jahat. Kami sengaja menambahkan detol ke dalam airnya. Mengganti sabun bayi dengan sabun antiseptik yang ternyata justru memperburuk keadaan. Membuat kulit semakin kering dan eksim semakin menyebar dan membesar.

Saat akhirnya kami memutuskan berobat ke dokter spesialis kulit kami mendapat beberapa analisa. Dokter memberi tahu kami jika ini adalah alergi. Alergi ini biasanya bersifat genetis. Kalau diingat memang saat kecil saya juga mengalaminya. Bedanya saya hanya di jari-jari tangan. Dulu di jari-jari saya juga muncul bintik-bintik berisi air dan terasa gatal. Keadaan ini muncul disaat saya terlalu banyak terpapar matahari di musim kemarau. Maklum, bulan-bulan musim kering bertepatan dengan agenda baris-berbaris. Tentu saja berbaris membuat saya terpaksa terpapar matahari.

Kembali ke eksim SI Bungsu. Berlatar belakang diagnosa alergi, kami pun mencari tahu apa alergen pencetusnya. Mulai dari menghindari beberapa protein, mengganti sabun mandi, mengganti detergen, sampai membelikan baju-baju berbahan katun. Untuk perawatannya selain memakaikan salep, kami juga memastikan kelembapan kulitnya. Dengan memakai mousturizer di tubuh dan wajahnya. Untuk tubuhnya kami memakai pure soothing moisturizer cream yang telah teruji, dan diklaim low hazard. Sementara untuk wajahnya kami menggunakan sebamed face protective cream. Namun, dengan segala upaya tersebut eksim belum juga membaik.

Sampai suatu hari saat kami pulang ke kampung halaman, Uti memberi tahu bahwa salah satu ponakan kami juga pernah mengalami eksim. Tanpa menunggu lama saya segera menghubungi kerabat tersebut. Beliau menyarankan kami untuk mencoba salep yang manjur digunakan oleh anaknya. Salep itu sedikit mahal, namun sangat manjur. Elox, bagitu merk salep yang disarankan dan segera kami beli saat itu. Semenjak pemakaian pertama, aksi si Elox ini sudah terasa. Eksimnya sudah tidak basah lagi. Yang terpenting juga si eksim tidak bertambah lebar. Perlu sekitar satu minggu sampai eksim di kulit anak kami mengering. Suatu kesyukuran, setelah ikhtiar panjang kami.

Setelah eksimnya mengering, bekasnya pun memudar. Kami kira bayi kami sudah sembuh dan terbebas dari eksim. Kami mengira tak perlu lagi ada perawatan atau perhatian khusus. Pemakaian pure moisturizer dan sebamed juga kami hentikan. Disitulah letak kesalahan kami. Memang sepanjang musim penghujan tidak ada masalah kulit yang muncul. Namun, saat pancaroba tiba, bintik-bintik itu kembali muncul. Eksim di kulitnya menjadi pertanda bawa masa kering akan segera tiba. Musim kerau sudah didepan mata.

Kali ini Kami kembali mengunjungi dokter. Jika sebelumnya saya menerima diagnosa alergi, kini kami menerima diagnosa eksim atau dermatitis atopik. Dengan cuaca kering sebagai alergen pencetusnya. Dokter mewanti-wanti, sampai Adik besar nanti Adik harus memakai sabun dengan moistirizer. Saya harus rajin memakaikan moisturizer cream agar dia terbiasa dan menjadi pola hidup sampai ia dewasa nanti. Adek juga dilarang memakai sabun-sabun antiseptik. Setelah itu kami diberikan salep racikan. Salepnya cocok, eksim sempat menghilang. Namun, jika saya terlupa tidak memakaikan moisturizer eksim yang sudah kempes akan muncul kembali.

Untuk kami dan putri kami, “Kering dan eksim bagai satu paket, yang bisa dihindari dengan menjaga kelembapan kulit.” Karena eksim tidak bisa permanen hilang, namun bisa ditanggulangi sebelum datang.

Uncategorized

Games Passion #2 Kabin PSBC

Games passion ke dua di kabin PSBC merupakan moment saya mempelajari hal baru. Bukan melulu tentang berbicara, di sini saya juga mengharuskan diri saya untuk belajar mengedit video.

Saya menggunakan dua aplikasi sesuai sharing dari mbak Winda, salah satu shipper yang juga kawan saya dari Malang Raya. Untuk aplikasi canva saya sudah sering menggunakannya. Namun, untuk menghasilkan video yang lebih bagus saya harus menggunakan aplikasi tambahan yaitu VN.

Kali ini benar-benar kali pertama saya menggunakan VN. Bahkan untuk menambahkan video saat akan memulai mengedit saja harus mengulang tutorial berkali-kali.

Sengaja saya simpan disini untuk mengingat video pertama yang saya edit. Hasilnya amatiran sekali, hehhehe. Pemilihan musiknya saya rasa juga aneh. Tapi apapun itu semoga ini adalah awalan yang akan membuat saya banyak belajar. Semoga video-video selanjutnya lebih baik, enak dilihat, dan enak didengar.

Uncategorized

Anak Muda yang Baik Hatinya

Cerita ini terjadi sekitar 3 tahun lalu, saat Fadhil masih berumur dua tahun.

Sudah beberapa hari ban motor saya kempes dan belum sempat ditambal. Saya sebenarnya tidak terlalu butuh motor karena keseharian saya di rumah saja. Tidak perlu keluar jauh. Toko bisa dijangkau dengan jalan kaki, pak sayur bahkan mau dipanggil sampai depan gerbang. Satu-satunya alasan saat itu adalah saya butuh motor untuk mengajak fadhil keliling. Dengan maksud menidurkannya di siang hari. Mengalihkan dia agar tidak minum ASI karena saat itu adalah proses penyapihan.

Saya ingat betul waktu itu bertepatan dengan beban kerja suami di kantor yang berat. Akhirnya saya berinisiatif untuk membawa motor itu ke tukang tambal ban sendiri agar tidak menambah beban suami.

Jarak dari rumah sampai ke bengkel itu kurang lebih satu kilo meter. Saya bulatkan tekat berangkat jalan kaki sambil menggendong Fadhil. Resikonya pertama tentu saja banyak tetangga yang bertanya, mau kemana? Motornya kenapa? Saya jawab jujur kalau motor saya bocor dan sekalian mau ke mini market di dekat bengkel.

Rencana berjalan lancar, Fadhil anteng dan tidak rewel dalam gendongan. Saya pun sudah berjalan kurang lebih tiga ratus meter.

Tiba-tiba ada anak berseragam SMA menghampiri saya. Dari atas motor dia bertanya saya mau kemana, dan motor saya kenapa. Dia menawarkan agar saya naik motornya dan dia yang akan menuntun motor saya sampai bengkel. Saya sempat menolak karena takut dia terlambat. Namun, si anak baik hati ini bersikeras untuk menolong.

Sebenarnya saya juga melihat dia saat melintas disamping saya dengan kecepatan tinggi. Lalu berputar arah dengan kecepatan tinggi juga. Ternyata ia berputar karena mau menolong saya.

Saya terima niat baik anak ini lantas menaiki motornya. Dia menuntun motor saya setengah berlari. Ya Allah.. saya tidak tega, seperti ya anak ini sedang terburu-buru. Saya dekati dengan motor lalu saya berkata, “sudah cukup dek, udah deket biar saya lanjutkan.” Tapi dia tidak mau, dan malah bercerita sambil lari. Cerita kalau dia akan mengikuti try out dan meminta didoakan agar try out dan UANnya lancar.

Sesampainya di bengkel anak itu bergegas, saya tak sempat menanyakan namanya. Untuk anak muda baik hati jika mungkin kamu membaca tulisan ini saya sangat berterima kasih. Saking terharunya saya berdoa semoga Fadhil yang ada dalam gendongan saya saat itu memiliki kelembutan hati seperti kamu. Yang sebenarnya bisa saja mengacuhkan kami, toh sepanjang jalan tadi juga banyak yang hanya berbasa basi. Mereka tidak salah, karena saya juga enggan ngrepoti.

Tapi si Anak baik hati kembali. Memutar arah setelah melewati kami. Di waktu yang mungkin sempit dan terburu-buru.

Nak… doaku bukan saja kamu lulus ujian nasional. Semoga kamu bisa masuk perguruan tinggi yang kamu inginkan. Hidup dengan bersinar dan sukses saat memasuki jenjang karir. Diberikan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah saat memutuskan berumah tangga nanti

Berbekal kebaikan hati itu, semoga Allah selalu mempermudah langkahmu wahai anak muda baik hati.

Uncategorized

Puasa hari ke-3, mbah yut berpulang

Hari pertama aku berpuasa setelah suci. Fadhil juga masih latihan puasa, masih buka jam 10.00. Tulisan ini sepertinya akan lebih banyak menjadi media healing saya. Sumbatan perasaan beberapa hari terakhir. Memang sengaja di publish supaya bisa dibaca anak-anak saya nanti.

Pukul 15.00 saat zia menelfon saya dan menangis. Mengabarkan bahwa mbah yut sudah berpulang keharibaan Allah SWT. Entah perasaan apa yang saya rasakan. Ada kelegaan disana, karena mbah yut tak perlu merasakan sakit lagi. Dua tahun terbaring tanpa bisa melakukan apa-apa, terasa sudah cukup menyiksanya. Apalagi setahun belakangan ini, pasca covid. Keadaannya semakin memburuk. Beliau tak leluasa lagi untuk berkomunikasi. Berbicara pun terlihat membutuhkan effort yang besar. Mbah yut dirawat oleh bulek min ditahun awal, tahun kedua bulek pun sakit. Selanjutnya mbah yut dirawat oleh bulek nar yang tinggal di bancangan, lumayan jauh dari rumah kami di bajang. Juga oleh mbak sulis, kaka ipar saya. Terima kasih ya, Mbak…. kebetulan mbak sulis adalah perawat profesional. Jadi insyaAllah mbah yut mendapatkan perawatan terbaik selama sakit. Saya?? Sama sekali tidak berperan. Hanya sesekali berkunjung dan mendoakan. Maaf ya yut…. Maafkan Nikma.

Tapi hari itu Allah memberi saya kesempatan. Bertemu mbah yut sebelum beliau pergi. Merapalkan ayat disamping mbah yut yang sudah tak sadarkan diri.

Mbah yut dalam memoriku adalah mbah yang suka berpuasa, gemar beribadah, dan rajin ke masjid. Hampir setiap malam beliau sholat tahajud. Menyebutkan nama kami satu persatu dalam doanya. Mbah yut juga orang yang gampang menangis, pun gampang emosi. Mirip-mirip denganku. Dulu, saat aku cemberut ayah akan memanggilku “putu mbah paniyem” saking miripnya ekspresi cemberut kami.

Biarpun suka marah, tapi mbah yut sangat menyayangiku. Lebih terasa sayangnya saat aku ditinggal ibuku. Ya, mbah yut memang ditinggal anaknya lebih dahulu. Selain ibuku ada 3 anak beliau yang dipanggil Allah terlebih dahulu. Teringat betul, beliau menangis meraung-raung setiap ditinggalkan anaknya. Kini mbah yut sudah menyusul mereka. Semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk mbah yut, ibuk, pakpoh-pakpoh, dan budhe.

Memori kebersamaan dengan mbah yut yang melekat kuat adalah saat lebaran. Beberapa tahun sebelum menikah, saya tidak berkeliling silaturahim karena menemani mbah yut di rumah. Tugasnya ya mengisi tempat jajan yang kosong, mengisi teko air yang habis. Mencuci dan mengganti gelas minum. Membuang kemasan minum, dan menggantinya dengan yang baru. Sampai mengejar anak-anak kecil yang tidak mau mendekati mbah yut untuk diberi uang lebaran. Saya “piket” hari pertama dengan suadara sepupu yang juga malas untuk berkeliling, wkwkkwk. Untuk hari ke 2, giliran bulek min yang piket menemani mbah yut, dan saya berkelliling.

Mengingat memori-memori ini lah yang membuat saya menangis. Pandemi dua tahun terakhir membuat kami tidak bisa berkumpul saat lebaran. Kini saat pandemi usai ternyata Allah memanggil mbah yut. Entah setelah ini dimana kami akan beekumpul saat lebaran datang. Tidak ada lagi mbah yut yang duduk di kursi biru menunggu tamu. Tidak ada lagi mbah yut yang menyediakan sarapan untuk semua cucu yang berkunjung dihari itu. Tidak ada lagi kesibukan menata jajan, makanan, dan minuman di malam takbiran. Toples putar itu, toples yang ada sejak aku kecil dulu. Yang keluar satu tahun sekali. Toples kesayangan mbah yut.

Mbah yut berpulang dihari yang baik, bulan yang penuh berkah. Mungkin Allah sengaja memanggil mbah yut dibulan ini karena kegemaran puasa yang beliau lakukan sepanjang hidupnya.

Selamat jalan Mbok e… semoga khusnul khotimah, Allah lapangkan kuburmu, menerima segala amal baikmu, dan memaafkan kesalahan-kesalahanmu. Mbok e sudah tidak sakit kan disana? Tidur yang tenang ya mbok… Semoga Allah juga melindungimu dari siksa kubur. Selamat jalan Mbok e.. Alfatihah…

Uncategorized

Hari Ke-Dua Ramadhan 1443 H, 04-April-2022

Ceita sahur sama seperti hari sebelumnya. Tapi Alhamdulillah Fadhil tidak muntah. Fadhil tetap mengeluh haus dan lapar, tapi dia sudah menemukan keseruan puasa. Dia bercerita aku suka berpuasa, seru katanya. Mungki sensasi makan setelah dia menahan keinginannya lah yang membuat seru.

Agenda kami hari ini adalah berkunjung ke rumah bajang, rumah masa kecil saya. Seperti hari sebelumya, Fadhil hanya menahan haus dan lapar sampai pukul 10.00. Bedanya karena di rumah bajang banyak teman, hari ini fadhil berbuka sekali saja. Jam 15.00 saya yang menawarkan minuman, karena suhunya naik setelah bermain dan berlari kesana kemari. Masih ada rasa khawatir Fadhil dehidrasi ketika latihan puasa. Emak tidak tega.

Kebetulan di rumah bajang, mbah yut sedang mengalami fase kritis. Mbah yut memang sudah terbaring sakit dua tahun terakhir. Hari ini sudah hari ke tiga, mbah yut cuma ngorok saja. Di bajang ada lima0 rumah keluarga berjejer. Rumah saya, rumah kakak saya, rumah bulek, rumah paklek, dan rumah mbah yut. Fadhil nadhira lebih suka di rumah kakak saya, karena banyak sekali mainan sepupunya. Jangan pikir sepupunya masih balita ya! Ponakan saya itu sudah kelas empat SD, dan kelas dua mantingan. Tapi emmang masih banyak mainan, hehehhe.

Sembari anak-anak bermain, saya sempatkan berbincang dengan bulek yang juga sedang sakit. Kemudian ke tempat mbah yut membacakan surat Ad-Dukhon. Mengharap Allah mudahkan proses apapun yang terbaik untuk mbah Yut .

Sorenya kami memutuskan untuk berbuka di rumah Bapak. Ya… bapak memang tinggal di rumah lain. Di jalan sulawesi. Syaa mengajak serta dua keponakan yang merindukan akungnya. Apalagi yabg dari mantongan, dia bilang belum sempat bertemu akung. Maka kami berangkat kesana dengan membawa es degan, dan lontong sate sebagai hidangan untuk berbuka bersama nanti.

Cucu Akung Basuki

Alhamdulillah waktu berbuka tiba, Fadhil yang menahan makan dari jam 10.00 juga antusias sekali. Ditambah ada hadiah boneka boba dari uti. Saya bilang saja itu hadiah latihan berpuasa.